Kisah NABI ILYASA a.s.
Nabi
Ilyasa’ a.s. diangkat menjadi nabi oleh Allah sekitar tahun 830 SM, dan
ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia merupakan salah satu utusan Allah
SWT yang tertera di dalam Al Quran.
Nabi
Ilyasa’ adalah keturunan ke-4 dari Nabi Yusuf a.s.
Masa
kecil Nabi Ilyasa’ sangat menderita. Ia
hidup bersama ibunya. Atas ijin Allah SWT, mereka berdua dipertemukan
dengan Nabi Ilyas a.s. yang saat itu sedang dikejar-kejar oleh kaumnya yang
ingkar. Waktu
itu Nabi Ilyas masuk ke rumah Nabi Ilyasa’ yang saat itu masih kecil dan sedang
terbaring sakit. Atas doa Nabi Ilyas kepada Allah, maka Ilyasa’
kecil dapat sembuh dan bangun dari tempat tidurnya.
Kemudian ia dijadikan anak angkat atas seijin ibunya. Nabi Ilyas a.s. sering membawa serta Ilyasa’ kecil saat berdakwah. Bahkan Nabi Ilyasa turut menemani Nabi Ilyas a.s. ketika harus bersembunyi di dalam gua saat menghindari kejaran sekelompok Bani Israil. Dikisahkan, pada saat itulah Ilyasa’ muda mulai diangkat menjadi nabi. Nabi Ilyasa’ tidak membawa ajaran baru. Ia melanjutkan ajaran tauhid dari Nabi Ilyas a.s., dan berdakwah kepada Bani Israil.
Saat
Nabi Ilyasa’ a.s. menjadi seorang Raja, ia dikenal sebagai seorang pemimpin
yang arif dan bijaksana. Karena
ia tidak dianugerahi oleh Allah keturunan, maka
Nabi Ilyasa’ mengadakan sayembara untuk seluruh rakyatnya. Barang siapa yang mampu berpuasa di
siang hari, kemudian beribadah di malam hari, serta sabar dalam memimpin, maka ia akan dijadikan seorang raja
pengganti. Tidak ada yang sanggup memenuhi
persyaratan ini, kecuali seorang pemuda bernama Basyar. Kelak, oleh karena kesabaran dan keadilan
Basyar saat menjabat menjadi raja pengganti, ia
mendapat gelar Zulkifli (atau kita mengenalnya sebagai Nabi Zulkifli a.s.
Surat Shaad, ayat 48 berbunyi yang artinya “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik”.