Nabi Isa a.s.

Kisah NABI ISA a.s.

Nabi Isa a.s. merupakan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.

Nabi Isa adalah putra dari Maryam (yang masih ada garis keturunan dari Nabi Sulaiman a.s.). Maryam merupakan sosok perempuan yang mulia, yaitu dari keturunan ulama terkemuka. Sejak kecil Maryam dididik dalam lingkungan agama yang sangat kuat.
Oleh karena sang ayah telah tiada, maka Maryam dibesarkan oleh bibi dan pamannya yaitu Nabi Zakaria a.s. Tidak heran bila Maryam sangat terjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Allah SWT pun senantiasa menjaga dan menyediakan seluruh kebutuhan makanan serta minuman (yang berasal dari surga) untuk Maryam.
Sampai pada suatu hari, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril agar menyampaikan berita bahwa Maryam akan  mengandung seorang anak - walaupun dirinya ‘belum pernah’ menikah - dan tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun. Malaikat Jibril mengabarkan hal tersebut sebagai bukti ‘kekuasaan Allah SWT’, sehingga Maryam tidak perlu takut dan khawatir.


Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Isa a.s. 
Kelak di akhir jaman, Allah SWT akan mengirim kembali Nabi Isa a.s. ke tengah-tengah umat manusia, dengan tidak membawa ajaran agama baru, melainkan untuk membunuh Dajjal (yang pada hari itu menjadi fitnah yang paling berat bagi umat manusia). 
Saat turun ke bumi, Nabi Isa a.s. akan melakukan shalat berjamaah yang dipimpin oleh Imam Mahdi.

Allah SWT pernah menegur Nabi Isa a.s. seperti yang tertera di QS Al Maidah ayat 116-117 : ”Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman : ‘Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia : “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Nabi Isa a.s. menjawab : “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku  mengatakan apa yang bukan  hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu mengatakan : “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”.

Nabi Isa a.s. telah mengabarkan akan kehadiran Nabi Muhammad SAW seperti tertera dalam QS Ash Shaf ayat 6 : “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata : “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan dating sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata : “Ini adalah sihir yang nyata”.

Allah SWT memberikan gelar Al Masih kepada Nabi Isa a.s. Selain Nabi Isa, Allah juga memberikan gelar Al Masih kepada Dajjal (yaitu makhluk pendusta yang mengaku sebagai Tuhan yang kedatangannya menjadi tanda sudah dekatnya hari kiamat). Meskipun mempunyai lafal yang sama, gelar yang diberikan kepada keduanya mempunyai makna yang berbeda. Nabi Isa a.s. mendapat gelar Al Masih yang berarti as shidiq (yang benar), sedangkan Dajjal mendapat gelar Al Masih yang berarti ad dhalil al kadzab (yang sesat lagi pembohong).

Nabi Yahya a.s.

Kisah NABI YAHYA a.s.

Nabi Yahya a.s. adalah putra dari Nabi Zakaria a.s. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di tengah-tengah kaumnya yaitu Bani Israil di Palestina yang memiliki sifat pembangkang dan menyembah berhala. Kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan kerusakan merajalela di kalangan Bani Israil. Selain itu juga muncul raja-raja berkuasa yang membuat kerusakan.

Nabi Yahya a.s. merupakan nabi yang diistimewakan oleh Allah SWT. Kehadirannya merupakan mukjizat melalui doa suci Nabi Zakaria a.s. (yang saat itu telah lanjut usia, dan ibunya yang bernama Isya dalam keadaan tidak bisa melahirkan anak).  Allah SWT, menyampaikan khabar lahirnya Nabi Yahya a.s. dalam Al Quran surat Maryam ayat 7. 
Namanya pun merupakan pemberian langsung dari Allah SWT, yang sebelumnya belum pernah ada orang lain yang memiliki nama seperti itu.




Dakwah Nabi Yahya a.s. tidak membuat raja dan calon permaisurinya sadar. Kedatangannya ke istana, justru membuat raja Herodus marah besar karena Nabi Yahya dianggap telah membuat Herodia menangis dan bersedih hati. Segera raja memerintahkan pasukannya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya a.s. atas dakwaan telah melawan raja. 
Allah SWT terus membimbing Nabi Yahya a.s., sehingga pada saat Nabi Yahya a.s. ditangkap, ia tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Kemudian para pengawal kerajaan membawa Nabi Yahya untuk dihukum mati. Selanjutnya, Herodia meminta kepada raja, agar kepala Nabi Yahya a.s. dihadapkan kepadanya.
Setelah peristiwa itu terjadi, Allah SWT menurunkan azab yang sangat pedih, yaitu tubuh sang raja yang zalim (beserta keluarganya) tiba-tiba berubah menjadi ‘tidak lagi berwujud manusia’.

Ketika Nabi Yahya a.s. wafat, tidak hanya para pengikutnya (dari golongan manusia saja) yang bersedih, tetapi hewan dan tumbuhan juga turut berduka. Semua merasa sangat kehilangan sosok nabi yang lemah lembut dan penuh kasih sayang
Nabi Yahya a.s. dimakamkan di Masjid Umayah atau yang saat ini dikenal dengan Masjid Agung Damaskus.

Dalam Al Quran surat Maryam ayat 15, Allah SWT memberikan ‘jaminan keselamatan’ kepada Nabi Yahya a.s. pada 3 fase tersulit dalam kehidupan setiap manusia. Yaitu : pada saat kelahirannya, pada saat meninggal dunia, dan pada saat dibangkitkan dari kubur.

Apabila kita lihat dari silsilah keluarga sang ibu yaitu Isya, maka Nabi Yahya a.s. masih terkait hubungan persaudaraan dengan Maryam (ibunda dari Nabi Isa a.s.).

Nabi Zakaria a.s.

Kisah NABI ZAKARIA a.s.

Nabi Zakaria a.s. merupakan orang yang saleh, dan hidup diantara kaum bani Israil. Selain sebagai seorang nabi dan rasul, ia juga dikenal sebagai seorang tukang kayu yang memiliki semangat tinggi dalam bekerja, sangat bertanggungjawab, dan selalu mandiri (ia tidak makan, kecuali dari hasil jerih payah kerjanya sendiri).

Nabi Zakaria a.s. berdakwah cukup lama. Hingga usianya telah menjadi tua, tetap saja bani Israil menyembah berhala-berhala. Semakin hari, mereka justru semakin membangkang. Hanya sebagian kecil masyarakat saja yang mengikuti ajaran Nabi Zakaria a.s.




Dalam Al Quran dikhabarkan bahwa Bani Israil adalah kaum durhaka (yang membunuh para nabi utusan Allah SWT). Syamir bin Athiyah menceritakan bahwa ada sekitar 70 nabi yang dibunuh oleh Bani Israil di atas batu di Masjid Al Aqsha. Diantaranya adalah Nabi Yahya a.s. (putra Nabi Zakaria a.s.).
Suatu ketika raja memanggil Nabi Zakaria ke istana. Ia menyampaikan ingin menikahi keponakannya sendiri, dan meminta Nabi Zakaria untuk membenarkan perbuatannya ini. Tetapi Nabi Zakaria menolak bahkan melarangnya, sebab hal ini memang tidak diperkenankan oleh Allah SWT. Seseorang dilarang menikahi keponakannya sendiri, karena masih merupakan mahramnya.
Raja inilah yang memerintahkan pasukannya untuk membunuh Nabi Yahya a.s. (putra Nabi Zakaria). Kemudian Allah SWT menurunkan azab berupa tubuh raja dan keluarganya berubah menjadi ‘tidak lagi berwujud manusia’.
Bani Israil saat itu menjadi marah dan membenci Nabi Zakaria a.s., karena raja mereka beserta keluarganya tiba-tiba terkena azab dari Allah. Mereka menganggap Nabi Zakaria lah yang menjadi penyebabnya. Kemudian mereka mengejar Nabi Zakaria a.s.
Pada waktu dikejar oleh pasukan raja, Nabi Zakaria a.s. bersembunyi di dalam pohon besar yang batangnya terbelah, sehingga Nabi Zakaria dapat masuk ke dalamnya. Tetapi Iblis dengan sengaja datang dan merobek baju Nabi Zakaria a.s. Kemudian Iblis mendatangi pasukan raja dan memberitahukan keberadaan Nabi Zakaria a.s. Pasukan raja awalnya tidak percaya, tetapi setelah ditunjukkan robekan baju Nabi Zakaria, maka pasukan raja menjadi percaya dan beramai-ramai membelah pohon tempat Nabi Zakaria bersembunyi dengan menggunakan gergaji. Hingga akhirnya Nabi Zakaria meninggal dunia. Sebelumnya, Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Zakaria a.s. agar tetap tenang sampai akhir hayatnya.

Nabi Yunus a.s.

Kisah NABI YUNUS a.s.

Nabi Yunus a.s. diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah di daerah Ninawa, sebuah wilayah yang dihuni oleh bangsa Asyiria. Sebetulnya masyarakat di Ninawa jumlahnya tidak terlalu banyak, sementara wilayahnya pun, tidak terlalu luas (yaitu berada di sekitar Mosul-Irak).
Tatanan kehidupan mereka sudah baik, berperilaku ramah, santun, dan hidup rukun. Mata pencahariannya, sebagai petani dan penggembala ternak.
Sayangnya, mereka tersesat karena memegang teguh adat budaya (dari nenek moyang) yang tidak mengakui adanya Allah SWT. Mereka beranggapan bahwa berhala mereka-lah, yang telah menjamin seluruh kehidupan di Ninawa secara turun temurun. Kesejahteraan yang mereka rasakan, membuat mereka enggan untuk belajar hal-hal baru.

Allah SWT memilih Nabi Yunus a.s (yang berasal dari luar masyarakat Ninawa) agar mengajak masyarakat untuk mulai berpikir kembali. Salah satunya adalah dengan memperhatikan keberadaan alam semesta raya. Mulai dari terbitnya matahari, keberadaan bulan, bintang-bintang, pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan, dan sungai-sungai yang airnya terus mengalir. Mereka diajak untuk berpikir, bahwa tidaklah mungkin berhala (yang merupakan benda mati), dapat menciptakan sekaligus mengatur seluruh gerakan alam semesta raya.



QS Yunus ayat 98 menyebutkan : “Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya, selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu tertentu”.

Nabi Zulkifli a.s.

Kisah NABI ZULKIFLI a.s.

Nabi Zulkifli a.s. hidup pada masa kekuasaan Raja Ilyasa. Raja Ilyasa ini adalah seorang raja (sekaligus Nabi) yang memerintah secara arif bijaksana. Oleh karena Raja Ilyasa tidak memiliki keturunan, maka ia mengadakan sayembara untuk mencari penerus dirinya. Syarat yang diajukan adalah ‘sang raja pengganti’ kelak harus mampu berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan harus mampu menahan amarah selama memerintah sebagai raja. Seluruh rakyat yang mendengar persyaratan tersebut merasa tidak sanggup/ kecuali satu orang yang bernama Basyar.
Basyar atau Basyiran lahir di Irak. Sejak kecil ia dikenal sangat ramah, tidak pernah berbohong, ahli ibadah, ulet, dan selalu mencegah perbuatan mungkar. Selain itu pendiriannya tidak mudah goyah, tingkah lakunya mencerminkan kebaikan dan kebenaran, serta semua janji yang ia ucapkan senantiasa ditepati, sehingga semua orang senang bergaul dengannya. 
Berkat kemuliaan sifatnya inilah, Ia mampu memenangkan sayembara yang diadakan oleh Raja Ilyasa. Oleh karena Basyar selalu melakukan kebaikan saat melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya, maka Raja Ilyasa memberinya gelar ‘Zulkifli’ (yang berarti orang yang sanggup).

Nabi Zulkifli a.s. merupakan putra dari Nabi Ayub a.s. Seperti ayahnya, Nabi Zulkifli a.s. memiliki kesabaran yang luar biasa. Bahkan setan yang menggodanya pun tak mampu membuat Nabi Zulkifli marah.




Hingga akhir dari kepemimpinan Nabi Zulkifli a.s., rakyat merasakan hidup tenteram dan bahagia.

Peninggalan Nabi Zulkifli masih bisa disaksikan di sebuah kota kecil bernama Kifl di Selatan Baghdad, diantara kota Hillah dan Najaf, ditepi Sungai Eufrat terdapat makam. Makam tersebut, diyakini oleh para penduduk sekitar sebagai makam Nabi Zulkifli a.s. Wallahu a’lam bish-shawab.

Nabi Sulaiman a.s.

Kisah NABI SULAIMAN a.s.

Nabi Sulaiman a.s. merupakan putra dari Nabi Daud a.s. (yang masih keturunan dari Nabi Ibrahim a.s.). Ia hidup ditengah-tengah Bani Israil, yaitu kira-kira antara tahun 975-935 SM. Bani Israel mencapai kejayaan dibawah kepemimpinan Nabi Sulaiman a.s.

Selain menjadi nabi Allah, Nabi Sulaiman juga dinobatkan sebagai seorang raja yang memiliki wilayah kekuasaan yang sangat besar dan luas. Bala tentaranya terdiri dari bangsa manusia, bangsa jin, dan burung. Disetiap pasukan itu terdapat satu orang komandan yang mengatur kerapian barisan, sehingga mereka selalu berjalan tegap beriringan. Jika Nabi Sulaiman sedang berjalan, maka para pasukan burung akan terbang sambil memayungi, agar tidak terkena terik sinar matahari.

Sejak kecil, Nabi Sulaiman telah menunjukkan banyak keistimewaan dibandingkan saudara-saudaranya. Diantaranya adalah : mampu mengusulkan sebuah solusi (atau jalan keluar), bagi 2 kelompok masyarakat yang sedang bertikai. Karena kebaikan akal serta kecerdasannya dalam memimpin ini, maka sang ayah (yaitu Nabi Daud a.s.), mempersiapkan Nabi Sulaiman a.s. sebagai raja menggantikan dirinya kelak.




Atas kuasa Allah SWT, wafatnya Nabi Sulaiman a.s. tidak diketahui oleh siapapun termasuk para jin dan manusia yang sedang asyik bekerja dihadapannya. Tubuh Nabi Sulaiman a.s. tetap berdiri tegap, seakan ingin selalu menemani rakyatnya dalam bekerja. Setelah sekian lama, tongkat Nabi Sulaiman mulai keropos dimakan rayap, tubuhnya perlahan terjatuh ke tanah. Barulah seluruh rakyat menyadari bahwa raja tercinta mereka, Raja Sulaiman telah meninggal dunia. Seketika, duka mendalam menyelimuti seluruh negeri.

Terdapat peninggalan Nabi Sulaiman a.s. yang masih bisa kita saksikan berupa Haykal Sulaiman atau Kuil Sulaiman, yaitu sebuah bangunan di komplek Baitul Maqdis di kota Al-Quds (Yerusalem).

Dalam kitab Tanwirul Adzhan diriwayatkan bahwa burung Hud-Hud Nabi Sulaiman a.s., termasuk dalam 10 hewan yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Sedangkan 9 hewan lainnya adalah : Unta Nabi Shaleh a.s., Sapi Nabi Ibrahim a.s., Domba Nabi Ismail a.s., Sapi Nabi Musa a.s., Ikan Nabi Yunus a.s., Keledai Nabi Uzair a.s., Semut Nabi Sulaiman a.s., Anjing Ashabul Kahfi, dan Unta Nabi Muhammad SAW.

Nabi Ilyasa a.s.

Kisah NABI ILYASA a.s.

Nabi Ilyasa’ a.s. diangkat menjadi nabi oleh Allah sekitar tahun 830 SM, dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia merupakan salah satu utusan Allah SWT yang tertera di dalam Al Quran. 
Nabi Ilyasa’ adalah keturunan ke-4 dari Nabi Yusuf a.s.
Masa kecil Nabi Ilyasa’ sangat menderita. Ia hidup bersama ibunya. Atas ijin Allah SWT, mereka berdua dipertemukan dengan Nabi Ilyas a.s. yang saat itu sedang dikejar-kejar oleh kaumnya yang ingkar. Waktu itu Nabi Ilyas masuk ke rumah Nabi Ilyasa’ yang saat itu masih kecil dan sedang terbaring sakit. Atas doa Nabi Ilyas kepada Allah, maka Ilyasa’ kecil dapat sembuh dan bangun dari tempat tidurnya. Kemudian ia dijadikan anak angkat atas seijin ibunya. 
Nabi Ilyas a.s. sering membawa serta Ilyasa’ kecil saat berdakwah. Bahkan Nabi Ilyasa turut menemani Nabi Ilyas a.s. ketika harus bersembunyi di dalam gua saat menghindari kejaran sekelompok Bani Israil. Dikisahkan, pada saat itulah Ilyasa’ muda mulai diangkat menjadi nabi. Nabi Ilyasa’ tidak membawa ajaran baru. Ia melanjutkan ajaran tauhid dari Nabi Ilyas a.s., dan berdakwah kepada Bani Israil.




Saat Nabi Ilyasa’ a.s. menjadi seorang Raja, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Karena ia tidak dianugerahi oleh Allah keturunan, maka Nabi Ilyasa’ mengadakan sayembara untuk seluruh rakyatnya. Barang siapa yang mampu berpuasa di siang hari, kemudian beribadah di malam hari, serta sabar dalam memimpin, maka ia akan dijadikan seorang raja pengganti. Tidak ada yang sanggup memenuhi persyaratan ini, kecuali seorang pemuda bernama Basyar. Kelak, oleh karena kesabaran dan keadilan Basyar saat menjabat menjadi raja pengganti, ia mendapat gelar Zulkifli (atau kita mengenalnya sebagai Nabi Zulkifli a.s.

Surat Shaad, ayat 48 berbunyi yang artinya “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik”.

Nabi Ilyas a.s.

Kisah NABI ILYAS a.s.

Kisah Nabi Ilyas a.s. memang tidak banyak diceritakan dalam Al Quran. Nama Nabi Ilyas hanya disebut sebanyak 4 kali/ sehingga tidak banyak yang tahu mengenai kisah Nabi Ilyas a.s.

Nabi Ilyas a.s. adalah putra dari Yaasin bin Fanihash bin Al’Aizar (cucu Nabi Harun a.s.). Sehingga ia merupakan keturunan ke-4 dari Nabi Harun a.s. Nabi Ilyas tinggal di tepi sebelah timur sungai Jordan. 
Nabi Ilyas diangkat menjadi nabi sekitar tahun 870 SM, dan diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada Bani Israil di Negeri Ba’labak (bagian dari Syam), sebuah daerah di Libanon. 
Menurut keterangan, kotanya bernama Fenesia (phoenisia) yang awalnya dihuni oleh para pelaut terkenal. Mereka menyembah berhala yang berbentuk seorang wanita yang bernama Ba’la.

Terdapat kisah, ketika akan ditangkap oleh sekelompok Bani Israil, Allah SWT membimbing Nabi Ilyas a.s. menuju ke sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh seorang ibu dan seorang anak yang sedang sakit. Nabi Ilyas mengobatinya menggunakan mukjizat dari Allah. Setelah sang anak sembuh dari sakitnya, mereka saling mengucapkan terima kasih. Nabi Ilyas juga senang karena telah diperkenankan bersembunyi  dari kejaran Bani Israil. Mereka kemudian berkenalan dan akhirnya baru diketahui bahwa nama sang anak tersebut adalah “Ilyasa”. Anak inilah yang kelak menjadi penerus dakwah Nabi Ilyas a.s.




Terdapat 2 pendapat mengenai akhir hidup Nabi Ilyas a.s. Pendapat pertama menjelaskan bahwa Nabi Ilyas a.s. masih hidup. Saat dikejar-kejar oleh kaumnya untuk dibunuh, Allah SWT mengangkat Nabi Ilyas ke langit. Ada pula yang berpendapat pada saat ingin dicabut nyawanya, Nabi Ilyas memohon agar tetap hidup supaya dapat terus berzikir kepada Allah SWT, sehingga Allah mengangkatnya dan menempatkannya di suatu tempat untuk terus berzikir hingga hari akhir tiba. Sementara pendapat kedua menerangkan bahwa Nabi Ilyas meninggal dunia karena sakit dan usianya yang sudah tua.

Makhul meriwayatkan dari Ka’ab al-Ahbar bahwa, ada 4 nabi yang masih hidup. 2 orang berada di bumi, yaitu Nabi Khidir a.s. dan Nabi Ilyas a.s. Sedangkan 2 orang lagi berada di langit, yaitu Nabi Idris a.s. dan Nabi Isa a.s. Sebagian riwayat mengisahkan bahwa Nabi Ilyas a.s. dan Nabi Khidir a.s. bertemu setahun sekali pada bulan suci Ramadhan di Baitul Maqdis, dan kemudian melakukan ibadah haji, serta minum air zam-zam.

Nabi Daud a.s.

Kisah NABI DAUD a.s.

Nabi Daud a.s. adalah keturunan Nabi Yaqub a.s. Ia tinggal di Palestina. Sejak kanak-kanak Nabi Daud a.s. sudah dikenal sebagai seorang pemberani, cerdas, dan bijaksana. Wahab bin Munabih mengatakan bahwa Nabi Daud a.s. badannya pendek, matanya biru, rambutnya sedikit, dan hatinya bersih.

Kisah Nabi Daud a.s. ini berawal pada saat Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. wafat, sehingga Bani Israil kehilangan sosok-sosok pemimpin mereka. Kekosongan kepemimpinan ini dimanfaat oleh Bangsa Palestina (yang merupakan penduduk asli wilayah Palestina) untuk melakukan penyerbuan. Peristiwa ini membuat Bani Israil mengalami kemunduran, tersingkir, dan hidup tanpa tempat tinggal. Bahkan dalam sebuah pertempuran, peti Tabut atau peti keramat milik Bani Israil, raib (hilang entah kemana). Padahal peti Tabut ini sangatlah penting bagi Bani Israil. Ada yang mengatakan bahwa peti keramat Tabut berisi bak air yang digunakan untuk mencuci dada para nabi. Ada pula yang mengatakan bahwa isi peti Tabut adalah serpihan batu yang berisi ajaran kitab Taurat Nabi Musa a.s.



Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya makanan terbaik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil pekerjaannya. Dan Nabi Daud a.s. itu tidak makan kecuali dari hasil pekerjaannya”. Selain menjadi raja, Nabi Daud a.s. membuat pakaian perang dari besi dan dijual setiap hari dengan harga 6.000 dirham. Allah SWT memberikan mukjizat untuk Nabi Daud yaitu mampu melunakkan besi dan membentuk besi tanpa harus dibakar dan ditempa. Qatadah mengatakan bahwa Nabi Daud a.s. merupakan orang yang pertama kali memakai baju besi yang dibentuk sesuai dengan tubuh. Pada awalnya pakaian perang hanya menggunakan lempengan besi yang diikat di badan.

Nabi Daud a.s. wafat di usia 100 tahun 6 bulan, dan dimakamkan di Baitul Maqdis, Palestina. 

Nabi Shaleh a.s.

Kisah NABI SHALEH a.s.

Kisah Nabi Shaleh a.s. bermula dari adanya sebuah kaum yang bernama Tsamud. Kaum Tsamud hidup dalam kekayaan, kemewahan, dan kemakmuran karena hasil alam yang berlimpah di dataran yang disebut Al-Hijir. Mereka juga dianugerahi umur yang panjang oleh Allah SWT.
Rumah-rumah serta istana kaum Tsamud terkenal kokoh dan megah. Pada awalnya, kaum Tsamud membangun rumah dari material tanah liat biasa. Namun karena rumah seperti ini kurang kokoh maka mereka mulai memahat gunung untuk dijadikan rumah dan istana.
Kepandaian mereka ini tersebut dalam Al Quran bahwa kaum Tsamud merupakan masyarakat yang sangat mahir memahat gunung sebagai rumah dan menjadikan lembah-lembahnya sebagai istana yang megah.
Bukti kejayaan kaum Tsamud masih bisa kita lihat dari peninggalan berupa bangunan luar biasa yang disebut dengan nama Madain Saleh, yaitu di wilayah yang saat ini dikenal dengan Yordania.




Terdapat kisah juga tentang Abu Righal, salah satu dari kaum Tsamud yang selamat saat terjadi azab. Ketika itu ia sengaja berlindung di dalam Ka’bah. Tetapi ketika ia keluar dari Ka’bah, ia juga mendapatkan azab yang sama seperti azab yang telah menimpa kaum Tsamud lainnya. Pada saat Nabi Shaleh a.s.  beserta para sahabatnya melewati kuburan Abu Righal, Nabi Shaleh menjelaskan bahwa Abu Righal dikubur bersama dengan sepotong emas. Lalu orang-orang menggali kuburan Abu Righal, dan ternyata benar terbukti, ada sepotong emas disana.
Sisa-sisa peninggalan kaum Tsamud masih dapat ditemukan di sekitar Hadramaut dan kota Madain Saleh (sebelah utara Madinah). Tempat ini dinamakan Lembah Rum atau Lembah Petra di Yordania.
Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya saat melewati Hijir yang merupakan perkampungan kaum Tsamud. “Janganlah kalian masuk melewati mereka, melainkan dalam keadaan menangis. Jika tidak bisa menangis, maka janganlah kalian melewati mereka, karena khawatir kalian akan mendapat musibah seperti yang pernah menimpa mereka”.

Nabi Harun a.s.

Kisah NABI HARUN a.s.

Nabi Harun a.s. adalah saudara sepupu dari Nabi Musa a.s. Ia dilahirkan 3 tahun sebelum Nabi Musa a.s. Nabi Harun terkenal karena kepandaiannya dalam berbicara. Allah SWT menganugerahkan kemampuan berupa kelancaran dalam menjelaskan sesuatu.
Pada saat Allah SWT memerintahkan Nabi Musa a.s. agar berdakwah kepada Raja Fir’aun, maka Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah SWT agar saudara sepupunya juga diangkat menjadi nabi/ karena dirinya tidak sefasih Nabi Harun a.s. ketika berkomunikasi. Hal ini akan sangat berguna pada saat berdakwah kepada Raja Fir’aun yang keras kepala.

Nabi Harun a.s. bertemu dengan Nabi Musa a.s. di bukit Haurib sebelum berangkat menuju istana Raja Fir’aun. Allah SWT berpesan agar mereka berdua tetap santun dalam berdakwah walaupun Raja Fir’aun adalah raja yang zalim. Selain dikenal bengis dan kejam, Raja Fir’aun juga mengangkat dirinya sebagai Tuhan.



Terdapat kisah pada suatu hari Karun menantang Nabi Musa a.s. beradu keampuhan doa. Dengan angkuh Karun mengatakan bahwa ia telah dilebihkan dari Nabi Musa a.s. karena harta, sedangkan Nabi Musa a.s. dilebihkan dari Karun karena kenabiannya. Nah, tantangannya adalah : Karun harus mendoakan keburukan untuk Nabi Musa a.s., dan Nabi Musa harus mendoakan keburukan bagi Karun. Nabi Musa a.s. setuju, dan mempersilahkan Karun agar memanjatkan doanya terlebih dahulu, setelah selesai ternyata doa Karun tidak dikabulkan. Kemudian giliran Nabi Musa a.s. yang berdoa. Nabi Musa a.s. memohon pertolongan kepada Allah SWT agar bumi menenggelamkan Karun beserta seluruh harta dan pengikutnya (hingga tak tersisa sedikitpun). Oleh karena sikap Karun yang melampaui batas, maka Allah SWT mengabulkan permohonan doa Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s.

Kisah NABI MUSA a.s.

Nabi Musa a.s. adalah putra dari Imran dan Yukabad, yang merupakan keturunan Nabi Yakub a.s. Seperti kita ketahui, bahwa keturunan dari 12 putra Nabi Yakub a.s. disebut sebagai Bani Israil, termasuk Nabi Yusuf a.s.

Setelah Nabi Yusuf a.s. wafat, keturunan Bani Israil semakin bertambah banyak hingga jumlahnya mencapai ratusan ribu orang). Nasib Bani Israil menjadi berubah, tatkala mereka dipaksa menjadi budak oleh Firaun, sang penguasa negeri Mesir.



Sudah sejak lama masyarakat Mesir kuno memanfaatkan lembah sungai Nil yang subur untuk bercocok tanam. Air luapan sungai Nil digunakan untuk mengairi lahan mereka. Oleh karena batas-batas lahan ini sangat penting bagi masyarakat, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang bertanggungjawab mengatur batas tanah dan semua hal yang terkait dengan tata kehidupan masyarakat. Tokoh masyarakat inilah yang selanjutnya diberi gelar Fir’aun.

Seiring dengan perkembangan sistem kemasyarakatan dan tata wilayah, maka Fir’aun diperlakukan seperti layaknya seorang raja.  Ia menjadi pemimpin sekaligus pemuka agama bagi masyarakat.
Pada masa Nabi Musa a.s., Fir’aun mengangkat dirinya sebagai Tuhan, dan memerintahkan agar seluruh rakyat menyembah Fir’aun.



Setelah berhasil memimpin Bani Israil terbebas dari perbudakan di Mesir, perjalanan dakwah Nabi Musa a.s. berlanjut. Nabi Musa a.s. semakin dipercaya oleh kaum Bani Israil karena banyak mukjizat Allah yang ditampakkan.
Hanya saja, kadang-kadang kaum Bani Israil mulai menanyakan seperti apa bentuk wajah Tuhan mereka. Untuk menjawab pertanyaan ini, Nabi Musa a.s. pergi menuju bukit Sinai, tempat ia diangkat menjadi rasul. Ia menyepi dan berpuasa selama 40 hari, dan kemudian terjadi dialog dengan Allah SWT. Diantaranya, Nabi Musa meminta ijin agar Allah SWT berkenan menunjukkan diri bagi kaum Bani Israil. Meskipun telah disampaikan bahwa ia dan kaum Bani Israil tidak akan sanggup melihat zat Allah, akan tetapi Nabi Musa a.s. tetap ingin melihat, supaya dapat bercerita kepada kaumnya.




Nabi Musa a.s. termasuk dalam Ulul Azmi, yakni 5 nabi yang istimewa berkenaan dengan beratnya tantangan yang diemban (karena perilaku umat pada zamannya). Kelima nabi yang dimaksud adalah Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Musa a.s. diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 Sebelum Masehi. Allah SWT menjadikan Nabi Musa a.s. menjadi salah satu penyampai agama samawi, yaitu agama yang disampaikan melalui perantara wahyu. Adapun nabi-nabi penerima wahyu adalah : Nabi Daud a.s. (kitabnya Zabur), Nabi Musa a.s. (kitabnya Taurat), Nabi Isa a.s. (kitabnya Injil), dan Nabi Muhammad SAW (kitabnya AlQuran).

Nabi Syuaib a.s.

Kisah NABI SYUAIB a.s.

Nabi Syuaib a.s. merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. Ibunya adalah putri Nabi Luth a.s. yang juga mertua Nabi Musa a.s. Nabi Syuaib hidup di Negeri Madyan yang subur yaitu terletak di pinggiran Syam sekitar tahun 1600-1500 SM.
Di kota As Salt terdapat lembah yang dikenal dengan Wadi Syuaib (letaknya 20 km ke arah barat laut dari Amman). Lembah ini masuk dalam wilayah Jordania, dipercaya oleh masyarakat sekitar menjadi tempat kaum Madyan tinggal bersama Nabi Syuaib a.s.
Oleh karena pepohonan tumbuh sangat rimbun di Madyan, maka penduduknya dijuluki Ashabul Aikah atau penghuni tanah yang subur. Selain penduduknya yang hidup dari bercocok tanam, Negeri Madyan juga menjadi pusat perdagangan yang ramai.
Apabila dirunut silsilahnya, sebagian besar penduduk Madyan merupakan anak turun dari Nabi Ibrahim a.s. , sehingga nenek moyang mereka adalah golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.




Ketika dakwah Nabi Syuaib a.s. tidak diindahkan, maka Allah SWT menurunkan 3 azab yang berlangsung secara berurutan, yaitu : Tiba-tiba cuaca di negeri Madyan berubah menjadi panas yang sangat terik selama 7 hari yang disusul dengan awan yang berisi bara panas, sehingga penduduknya sangat menderita dan dahaga berkepanjangan dan terus berlarian mencari tempat perlindungan.
Kemudian Allah SWT mengirimkan awan gelap bergumpal-gumpal yang mereka pikir membawa kebaikan dan berteduh dibawahnya. Tetapi, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan amat dahsyat yang memekakkan telinga (disertai percikan api) dan langsung membakar tubuh penduduk negeri Madyan.
Selanjutnya, Allah SWT mengirimkan gempa bumi yang datang susul-menyusul hingga bumi terbelah. Binasalah penduduk Madyan. Hanya Nabi Syuaib a.s. beserta pengikutnya yang tersisa dalam peristiwa mengerikan ini.

Nabi Ayub a.s.

Kisah NABI AYUB a.s.

Nabi Ayub a.s. adalah cicit Nabi Ibrahim a.s. (dari garis keturunan Nabi Ishaq a.s.). Sedangkan Ibu dari Nabi Ayub a.s. merupakan salah satu putri dari Nabi Luth a.s. Dan istri Nabi Ayub a.s. yang paling setia (yaitu Rahmah) adalah keturunan dari Nabi Yusuf a.s.
Nabi Ayub a.s. hidup bersama kaum Bani Israil dan Aramin di Hauran, Syam (sekarang masuk wilayah Suriah).
Nabi Ayub a.s. dianugerahi oleh Allah SWT dengan kekayaan yang melimpah, yaitu berupa segala macam (dan jenis) harta benda, termasuk binatang ternak, hewan peliharaan, hamba sahaya, rumah-rumah gedung, kebun-kebun, dan tanah yang luas di wilayah Batsinah-Huran, serta dikaruniai anak-anak sebanyak 26 orang.
Dalam kesehariannya, Nabi Ayub a.s. selalu berpesan kepada anak-anaknya, bahwa semua yang mereka miliki merupakan titipan dari Allah SWT, yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali.




Makam Nabi Ayub a.s. dipercaya berada di Salalah, Oman.

QS Shad ayat 44 pada bagian akhir mengabadikan kesabarannya : “Sesungguhnya Kami dapati dia (Nabi Ayub a.s.) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh dia amat taat (kepada Allah)”. 

Nabi Ayub a.s. menjadi symbol kesabaran sepanjang zaman. 

Nabi Yusuf a.s.

Kisah NABI YUSUF a.s.

Kisah Nabi Yusuf a.s. dapat kita simak secara lengkap di dalam Al Quran Surat ke-12 yaitu Surat Yusuf. Kisahnya diawali ketika Nabi Yusuf a.s. masih anak-anak, ketika ia bermimpi melihat 11 Bintang, Matahari, dan Bulan bersujud kepadanya. Mimpi ini kemudian ia sampaikan kepada ayahnya yaitu Nabi Yaqub a.s.
Nabi Yaqub a.s. memahami hal ini sebagai tanda dari Allah SWT bahwa kelak putranya akan menjadi seorang nabi, dan mendapatkan kemuliaan. Supaya saudara-saudaranya yang lain tidak iri, maka Nabi Yaqub a.s. berpesan agar Nabi Yusuf a.s. tidak menceritakan mimpinya kepada siapapun.

Nabi Muhammad SAW pernah menyebutkan bahwa nama-nama bintang yang ada di alam mimpi Nabi Yusuf a.s. adalah : Jaryan, Thariq, Dayyal, Dzul Katafan, Qabis, Watsab, Amradan, Failaq, Mushbih, Dhoruh, Dzul Fara’, Dhiya’, dan Nuur.




Hasan Al Bashri mengatakan bahwa Nabi Yusuf a.s. dimasukkan ke dalam sumur pada usia 17 tahun, dan meninggal dunia saat berumur 120 tahun.

Dikisahkan dalam kitab Al Bidayah bahwa menjelang wafatnya, Nabi Yusuf a.s. berwasiat agar jasadnya dibawa keluar dari Negeri Mesir dan dikuburkan di dekat makam Nabi Yaqub a.s., Nabi Ishaq a.s., dan Nabi Ibrahim a.s.

Nabi Ya'qub a.s.

Kisah NABI YA'QUB a.s.

Nabi Ya’qub a.s. adalah satu-satunya nabi, yang Kakek, Ayah, dan Anaknya, juga diangkat menjadi nabi oleh Allah SWT. Nabi Ya’qub merupakan cucu dari Nabi Ibrahim a.s., putra dari Nabi Ishaq a.s., dan ayah dari Nabi Yusuf a.s.
Ia lahir di Kan’an, Palestina. Ayahnya adalah Nabi Ishaq a.s. sedangkan ibunya bukan berasal dari Palestina, melainkan berasal dari Harran, Irak, yaitu Rafqah binti Batu’il bin Nahur. Kakek dari Rafqah merupakan saudara dari Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ya’qub a.s. bukanlah satu-satunya putra dari Nabi Ishaq a.s. Ia mempunyai saudara kembar yang bernama Ish (Ishu). Meski kembar, mereka berdua tidak saling akrab, bahkan Ish selalu memusuhi Nabi Ya’qub a.s.


Pada akhir kisah, baju gamis milik Nabi Yusuf a.s. diletakkan ke wajah Nabi Ya’qub a.s., dan tiba-tiba secara berangsur-angsur mata Nabi Ya’qub a.s. dapat melihat kembali. 
Kebahagiaan yang tak terkira dirasakan oleh seluruh keluarga. Putra-putra Nabi Ya’qub mengakui kesalahan mereka, dan meminta maaf atas perbuatan dengki dan telah berbohong kepada orang tua.

Akhirnya, Nabi Ya’qub a.s. beserta istri dan putra-putranya pergi ke Mesir untuk menemui Nabi Yusuf a.s.

Nabi Ishaq a.s.

Kisah NABI ISHAQ a.s.

Nabi Ibrahim memiliki dua orang putra. Putra pertamanya bernama Ismail, lahir dari istri kedua Nabi Ibrahim a.s. yang bernama Siti Hajar.
Putra keduanya yang bernama Ishaq, lahir dari istri pertama yang bernama Siti Sarah.
Kedua putra Nabi Ibrahim ini diangkat sebagai nabi (sekaligus rasul) oleh Allah SWT.
Apabila Nabi Ismail a.s. dikenal sebagai pemimpin yang selalu menepati janji dan penyabar, maka Nabi Ishaq a.s. dikenal sebagai pemimpin yang sangat saleh dan berilmu.

Kata Ishaq berasal dari bahasa Yahudi yang berarti tertawa atau tersenyum. Hal ini dikarenakan Siti Sarah tersenyum saat mendengar berita bahwa Allah SWT akan menganugerahi seorang anak di usianya yang tua.

Nabi Ishaq a.s. lahir dan besar di Palestina. Ia lahir, saat Nabi Ibrahim berusia 100 tahun. Sedangkan ibunya berusia 90 tahun.


Abu Dzar meriwayatkan, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi, adalah Masjid Al Haram di Mekah pada jaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Setelah itu Masjid Al Aqsha di Palestina, yaitu pada masa Nabi Ishaq dan Nabi Ya’kub a.s., sekitar 40 tahun setelah pembangunan Masjid Al Haram.
Masjid Al Aqsha memiliki kubah berwarna biru, terletak tidak jauh dari Quba Al Sakhra atau Dome Of Rock yang berkubah kuning emas.

Nabi Ismail a.s.

Kisah NABI ISMAIL a.s.

Nabi Ismail a.s. merupakan orang yang pertama kali berbicara menggunakan bahasa Arab dengan sangat fasih dan jelas.   Waktu itu, usianya empat belas tahun.
Sejak saat itulah, bahasa Arab menjadi kaya akan nilai kesusastraan, sehingga Allah SWT memilihnya menjadi bahasa Al Qur’an.


Nabi Ismail a.s. meninggal dunia di usia 137 tahun, dan dikubur di Hijir (yaitu disamping makam ibunya). Dari Umar bin Abdul Aziz, dikatakan bahwa Nabi Ismail pernah mengeluhkan panasnya suhu di Mekah kepada Allah SWT. Kemudian, turunlah wahyu, bahwa Allah akan membukakan untuknya pintu surga, sampai ke tempat dimana ia dimakamkan.

Seluruh kisah Nabi Ibrahim a.s., Siti Hajar, dan Nabi Ismail a.s. tadi, diabadikan dalam Al Quran, dan menjadi patokan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah Haji, Umroh, dan Qurban.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “Perjalanan tidak (diperintahkan) dengan sangat, kecuali perjalanan mengunjungi tiga masjid : Masjidil Haram, Masjid Rasulullah di Madinah, dan Masjid Al Aqsha” (HR Bukhari).

Para ahli sejarah membagi bangsa Arab menjadi 3 yaitu : 
1. Arab Kuno, yaitu bangsa Arab yang telah binasa (seperti kaum ‘Ad, Tsamud, Thasim, Judais, Imlaq).
2. Arab Asli, yaitu keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan (Qahthaniyah).
3. Arab Keturunan, yaitu anak cucu Nabi Ismail a.s.

Nabi Luth a.s.

Kisah NABI LUTH a.s.

Nabi Luth a.s. adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Keduanya diangkat oleh Allah s.w.t. sebagai nabi pada masa yang sama. Mereka sempat tinggal bersama di Palestina. Kemudian saat terjadi bencana wabah penyakit, mereka pindah ke Mesir dan memiliki usaha peternakan yang dikelola secara bersama-sama. Peternakan ini sangatlah besar, dan membutuhkan wilayah yang sangat luas. Mereka dikenal sebagai peternak yang kaya raya. Hingga akhirnya, tibalah waktunya mereka harus berpisah, dan hijrah meninggalkan Mesir.
Nabi Ibrahim a.s. dan istrinya, hijrah kembali menuju Palestina, sedangkan Nabi Luth a.s. beserta istri dan kedua putrinya yaitu Ryta dan Dza’rata, pergi ke Yordania dan bermukim di kota Sodom. Di kota inilah, Nabi Luth menemukan perbuatan buruk dan keji, yang belum pernah ada di zaman sebelumnya. Hal ini disebut dalam Al Quran surat Al A’raf ayat 88.


Rombongan Nabi Luth a.s. pernah tinggal untuk sementara waktu di sebuah gua, yang terdapat di gunung Ghaur. Gunung ini berada di dekat Laut Mati.
Dalam surat Ar Rum ayat 3 : bahwa di sekitar Laut Mati disebut sebagai lapisan bumi yang paling rendah. Laut Mati ini ada setelah terjadi gempa besar pada masa Nabi Luth a.s.

Nabi Ibrahim a.s.

Kisah NABI IBRAHIM a.s.

Nabi Ibrahim a.s. adalah salah satu dari lima nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi. Gelar ini diberikan kepada para nabi yang memiliki kedudukan istimewa, karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa.
Beberapa cobaan untuk menguji keimanan Nabi Ibrahim a.s. adalah dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrudz, kemudian diminta khitan pada usia tua, tidak diberi keturunan hingga usia tua, hingga harus mengorbankan Ismail kecil (anak kesayangannya)
Nabi Ibrahim adalah putra dari Aazar bin Tahur yang masih keturunan Nabi Nuh a.s.


Sebuah penelitian menyatakan bahwa batu Hajar Aswad yang terdapat di Ka’bah merupakan batu tertua di dunia, dan bisa mengambang di air.
Tiga buah potongan batu tersebut disimpan di sebuah museum di Inggris. Pihak museum mengatakan bahwa bongkahan batu-batu itu bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Oya, Nabi Ibrahim a.s. memiliki kebiasaan yang mulia, yaitu gemar menjamu tamu. Jika tidak ada tamu ke rumahnya, maka Nabi Ibrahim akan keluar rumah mencari orang yang bisa dimuliakan dengan mengajak makan bersama-sama di rumahnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia yang pertama kali memakai celana, menyisir rambut, menjamu tamu, dan manusia yang pertama kali beruban.

Nabi Ibrahim a.s. berhak menjadi al-Khalil atau kekasih Allah. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran surat An Nisa ayat 125 yang berbunyi : “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan Nya”.

Nabi Hud a.s.

Kisah NABI HUD a.s.

Kisah Nabi Hud a.s. dan kaum ‘Ad, disebut beberapa kali dalam Al Quran.
Surat Al A’raaf ayat 69 menyebutkan bahwa kaum ‘Ad dikenal mempunyai tubuh besar, dan fisik yang kuat, melebihi manusia pada umumnya.
Surat Asy Syu’araa’ ayat 130 menjelaskan bahwa mereka adalah manusia-manusia kokoh, dan memiliki tenaga yang luar biasa. Sebelum mereka ada, Allah SWT belum pernah menciptakan suku yang hebat dengan banyak kelebihan seperti ini (surat Al Fajr ayat 8).
Walaupun hidup di wilayah berpasir, tetapi kaum ‘Ad mampu mengolah tanah negeri mereka, menjadi sebuah negeri yang subur dan makmur. Bermacam-macam pohon tumbuh dan berbuah ranum. Kebun-kebun jagung, serta ladang-ladang gandum, terhampar luas.
Negeri kaum ‘Ad disebut sebagai negeri Al-Ahqaf (atau negeri bukit-bukit pasir), yaitu meliputi daerah padang pasir Rubu’ Kholi, Amman, sampai ke Hadhramaut di Yaman (wilayah bagian selatan Jazirah Arab).
Allah SWT telah memberikan berbagai kenikmatan pada kaum ‘Ad. Mereka menjadi suku terbesar di antara suku-suku lainnya. Namun mereka enggan bersyukur, bahkan melupakan Allah SWT. Kemudian Allah mengutus Nabi Hud a.s. untuk berdakwah kepada kaum ‘Ad agar mau kembali kepada ajaran tauhid (menyembah Allah).


Satu hal yang harus diingat dari sosok Nabi Hud a.s., beliau dikenal sebagai orang yang gemar menyampaikan nikmat Allah kepada orang lain. Sekecil apapun nikmat itu, akan ia sampaikan, supaya orang lain terdorong untuk melakukan kebaikan yang sama.
Dalam surat Adh-Dhuha ayat 11, Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Hud a.s. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan (sebutkan)”.

Bersyukur adalah kunci utama keberkahan atas nikmat-nikmat yang kita rasakan. Allah akan menambah nikmat bagi hamba Nya, yang senantiasa bersyukur. Orang yang bersyukur akan merasa bahagia, dan menjadi peduli terhadap sesamanya.

Nabi Nuh a.s.

Kisah NABI NUH a.s.

Ibnu Abbas menyatakan bahwa, jarak antara Nabi Adam a.s. dengan Nabi Nuh a.s. adalah 10 abad lamanya. Pada saat itu, semua orang patuh kepada Allah SWT.
Pada masa Nabi Nuh a.s. inilah umat manusia mulai menyembah berhala untuk pertama kali. 
Ada 5 nama berhala yang masyhur alias terkenal pada zaman itu, yaitu : Wad, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr.


Kisah bahtera Nabi Nuh termuat di hampir seluruh kitab suci dengan berbagai macam versi.
Sejumlah ilmuwan terutama ahli arkeologi melakukan penelitian lokasi keberadaan kaum Nabi Nuh a.s. yang diduga berada di daerah Mesopotamia, atau saat ini dikenal sebagai negeri Irak.
Sedangkan keberadaan kapal Nabi Nuh masih menjadi perdebatan, termasuk penemuan gunung Judi.
Meski bentuk puncak gunung Judi berbentuk seperti bahtera, tetapi para ahli belum dapat memastikan bahwa di gunung itulah, bahtera Nabi Nuh a.s. berlabuh.

Al Quran menjelaskan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. berlabuh di atas gunung Judi. Sebagian menjelaskan bahwa, Judi adalah nama pegunungan di pulau Ibnu Umar, Maushil (puncak Gunung Ararat-Turki). Di bagian atas bukit Judi tersebut, mirip dengan bentuk kapal atau perahu.